Minggu, 03 April 2011

Tugas Sosio

Fenomena novel harry potter adalah salah satu kasus yang terkait dengan kultur populer global. Setiap penggemar harry potter di seluruh dunia secara serentak mengantri di toko buku hingga tengah malam, yang adalah ciri khas daripada setiap peluncuran novel harry potter setiap tahunnya.
Dresscode tertentu juga ikut meramaikan setiap peluncuran perdana predisi harry potter . mulai dari jubah khas hogwarts hingga tongkat sihir, bahkan bahsa sihir yang digunakn di dalam novel harry potter timbul seperti hemegomi yang terkadang tidak mampu untuk dilupakan. Sebut saja “accio”.”leviosa”,atau”avada kedovia”.
Bukan hanya harry potter, kemunculan The DaVinci Code, juga mempopulerkan lukisan penjamuan kudus, dan menghadirkan berpuluh-puluh buku atau novel epik baru yang mengguncang iman umat kristiani.
Anda juga tidak pernah menyangka, bahwa sepak bola yang anda gemari, khususnya para lelaki, adalah produk daripada populer global. Terlebih lagi ketika anda ternyata mengenakan kaos atau sepatu bola yang seperti digunakan oleh para pemain bola anda.
Bahkan anda atau café-café kegemaran anda akan sangat bersedia menyediakan ruang lebih untuk mengadakan acara “ nonton bareng “, baik itu piala Dunia, atau mungkin Euro 2008 yang akan segera digelar, khususnya. Namun, akan terasa sediki lain ketika anda adalah seorang penentang globalisasi bahkan hingga globalisasi budaya sekalipun, dalam balutan budaya popiler global, sementara Anda sangat bangga mendukung tim anda dan mengenakan aksesoris tim kebanggaan. Anda merasa sensasi yang sama yang di rasakan oleh bangsa-bangsa di Eropa atau bahkan dunia, padahal anda sama sekali tidak memiliki jagoan nasional.
Kami pun ingin menegaskan, bahwa globalisasi budaya dalam konteks budaya populer global memiliki orientaasi yang juga bersifat kepentingan ekonomi. Dengan adanya Harajuku, Euro Championship, iPod, MP3, dan handphone, globalisasi ekonomi melalui globalisasi budaya mecoba untuk memahami minat pasar terutama kebudayaan, untuk terus melakukan ekspansi produk, sehingga mampu dan tepat untuk di terima dalam sejumlah aspek yang hendak di tuju.
Starbucks Corp, terutama kedai Starbuks di tokyo, Jepang, adalah kedai pertama yang di buka di luar Negara asalnya. Bukan tanpa sebab, Starbucks Corp, memandang globalisasi ekonomi secara tepat yang kemudian di padu-padukan dengan globalsasi budaya. Sehingga, meskipun memberanikan diri untuk membuka sedai pertama di luar Amerika Serikat, terutama di Asia Jepang, Starbucks Corp, tetap menganut kebudayaan Jepang dengan baik dan menyesuaikan diri. Hal ini bisa di lihat dengan penyesuaian nama-nama Starbucks Corp, di sejumlah Negara-negara tertentu.
Pembahasan
Nasib Identitas Nasional di tengah-tengah globalisasi dalam konteks global pop culture
Jika berbicara mengenai identitas nasional, maka wilayah yang menjadi fokus dalam paper ini dapat kami sebut adalah Indonesia. Dalam Handout Seminar Nasional UPN “ Veteran “ yogyakarta, dengan tema “ Kebudayaan Indonesia Berhadapan Dengan Arus Globalisasi “ oleh Frans Magnis-Suseno, jelas di tulikan pada bagian pengantar bahwa Kebudayaan-kebudayaan di indonesia menunjukkan ketangguhannya dalam menjaga integritasi kebudayaan dan dogma-dogma agama asing, selama kurun waktu 2000 tahun, khusunya budaya jawa.
Pernyataan Fran Magnis-Suseno, tentunya menjadi kekuatan bagi identitas naisonal, khususnya bangsa indonesia, dalam mengahadapi globalisasi budaya atau budaya populer global. Hal senada juga di ungkapka oleh Diminique Wolton, bahwa Indonesia memiliki hal-hal yang positif untuk menghadapi globalisasi budaya. Pertama adalah jumlah penduduk yang sangat besar, yang menciptakan kekuatan bagi kabudayaan lokal kedua adalah bahasa Indonesia ketiga adalah warisan budaya milik Indonesia yang sangat besar. Yang berasal dari Budha, Islam dan Barat.
Walaupun globalisasi di pandang sebagai ancaman, latas tidak menjadikannya alasan utama ketika kehadirannya menimbulkan bermacam-macam kesempatan yang baik bagi individu dan masyarakat luas seperti : kesempatan ekonomis, wawasan lebih luas, kesempatan untuk keluar dari feodalisme, dan membuka diri terhadap nilai-nilai modernitas.
Seperti yang telah di singgung pada bagian penguraian definisi, mungkin saja identitas nasional bangsa indonesia yang paling umum adalah indonesia. Namun, melihat riil masa kini ( atau bisa jadi masa lalu ) ikatan primordial malah bisa mengacaukan penggunaan bahasa indonesia sebagai bahasa pemersatu, sekaligus identitas nasional, ikatan primordial yang lebih dulu ada sebelum indonesia menjadi suatu wilayah yang berdaulat justru hingga sekaranga masih tetap bertahan terbuti dengan masih adanya penggunaan bahasa kesukuan hingga sekarang ini, jika dibandingkan dengan penggunaan bahasa Indonesia. Banyak bukti yang menyebabkan demikian, khususnya penggunaan bahasa Indonesia dengan EYD masih sangat minim, bahkan hingga sekarang ini salah satu stasiun televisi swasta menghadirkan salah satu acara yang berjudul “ Snapshoot “ yang menampilkan kesalahan-kesalahn para figur publik dalam menggunakan bahasa indonesia sehari-hari. Ini adalah kritk bagi identitas nasional indonesia, khususnya bahasa indonesia, yang oleh figur publik sekalipun masih di temukan banyak kesalahan pengucapan atu penyampaian
Jika demikian, globalisasi budaya bukan hanya menjadi faktor utma yang mampu menghilangkan identitas nasional, jika globalisasi budaya di kategorikan sebagai salah satu faktor yang mampu menghapus identitas nasional. Padahal masyarakat indonesia sendiri masih tidak mampu mengidentifikasi identitas nasional mereka. Bahwa ternyata penggunaan bahasa slang Indonesia ( Lu, Gue ) dalam kasus-kasus tertentu lebih mencerminkan jiwa metropolis jakarta daripada indonesia. Maka, bilamana identitas nasional indonesia adalah bahasa indonesia, sementara bangsa indonesia untuk kembali melihat Sumpah Pemuda agar mampu memahami atau mengidentifikasi apa-apa saja identitas nasional indoneisa : teritorial kebangsaan dan bahasa.
Padahal, globalisasi budaya, hanya memperkecil ruangan budaya lintas teritorial agar lebih mudah untuk di pahami dan di akses, tanpa menghilangkan nilai-nilai yang di miliki identitas nasional itu sendiri. Seperti Jeans, Harajuku, bahkan Starbukcs Corp, bagaimana teryata mereka menyesuaikan diri terhadap kultur atau budaya di dalam teritorial tersebut. Starbukcs Corp, saja rela menggunakan bahasa masing-masing teritorial untuk dapat lebih mudah di akses oleh negara-negara di luar hegara asal Starbukcs Corp. ini adlah tanda bahwa globalisasi sesuatu tren budaya populer menjadi lebih mudah untuk di pahami, diakses, dan di adaptasikan. Identitas nasional salam kaitannya dengan globalisasi budaya, bukan sekedar untuk mempersalahkan globalisasi budaya sebagai penghancur identitas nasioanal, namun lebih jauh mendalam adalah mengenai pilihan bangsa indonesia.