Fungsi Musik untuk Kesehatan
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (1990: 602)
Musik adalah: ilmu atau seni menyusun nada atau suara diutarakan, kombinasi dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai keseimbangan dan kesatuan, nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu dan keharmonisan (terutama yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu).
Musik adalah: ilmu atau seni menyusun nada atau suara diutarakan, kombinasi dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai keseimbangan dan kesatuan, nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu dan keharmonisan (terutama yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu).
Musik
adalah keindahan, mendengarkan musik adalah aktivitas yang sangat menyenangkan.
Bahkan tak jarang dari kita yang rela menghabiskan waktu hanya dengan
mendengarkan musik. Musik juga sebagai hiburan buat semua orang dari semua
kalangan, baik tua muda, kaya, miskin, dan sebagainya, musik menyatukan semua. Musik
juga bermanfaat untuk kesehatan. Beberapa manfaat musik antara
lain:
1.
Menghilangkan rasa sakit
Musik memiliki kemampuan untuk
mengurangi rasa sakit melalui pelepasan endorfin yang bertindak sebagai pembunuh
rasa sakit alami. Hal ini juga bisa mengalihkan perhatian dari rasa sakit dan
mendorong relaksasi. Menurut sebuah studi yang dipublikasikan dalam Journal of
Advanced Nursing, mendengarkan musik sehari-hari dapat mengurangi rasa sakit
kronis sebesar 21 persen. Alunan musik lembut yang menenangkan dan stimulasi
gelombang otak dengan frekuensi deep
delta untuk merangsang kondisi relaksasi yang dalam. Pada kondisi deep
delta, akan terjadi pelepasan endorphin yang merupakan zat anestesi alami.
Membantu menghilangkan atau meringankan berbagai rasa sakit. Meredakan nyeri
akibat suatu penyakit, nyeri punggung, rematik arthritis, luka bakar, luka
kecelakaan, nyeri penderita kanker, nyeri persendian, nyeri pada otot, nyeri
pasca operasi dan jenis nyeri lainnya.
2.
Meredakan stress
Stres telah dikaitkan dengan banyak
penyakit, termasuk beberapa penyakit mental yang tampaknya hanya terjadi pada
orang dengan tingkat stres yang sangat tinggi. Dari studi yang dilakukan
menunjukkan bahwa musik dapat mengurangi tingkat stres dan kecemasan secara
signifikan. Mengatasi stress, ketegangan pikiran, perasaan tertekan, kekacauan
pikiran dan susah fokus yang disebabkan oleh kelelahan mental, target
pekerjaan, masalah pribadi atau karena beban pikiran dan beban perasaan
lainnya. Musik akan membantu merilekskan pikiran dengan cepat. Mendengarkan musik
selama 15-30 menit bisa membuat Anda merasa segar dan otak siap bekerja
kembali.
Apa
saja yang bisa membuat seseorang menjadi stres? Jawabannya bisa beragam,
apalagi dalam kehidupan modern sekarang ini. Mulai dari lalu lintas padat yang
harus dihadapi setiap hari. Masalah-masalah di dalam rumah tangga, beratnya
beban pekerjaan di kantor, dan masih banyak lagi yang akhirnya membuat kita
menjadi lelah, merasa tertekan, dan juga stres. Stres berkepanjangan
menyebabkan produksi hormon adrenalin dan kortison yang berlebihan. Jika hormon
ini terus menerus beredar dalam peredaran darah, maka berbagai masalah
kesehatan akan timbul. Gejala-gejala yang kemudian muncul beragam, mulai dari
sakit kepala, sakit punggung, ketidakmampuan tubuh mencerna makanan, dan
sebagainya. Daya tahan tubuh pun melemah, dan memunculkan berbagai penyakit
mulai dari ringan seperti flu, batuk sampai yang berat seperti infeksi, kanker
dan jantung. Dan yang paling ditakutkan banyak wanita, kortisol yang berlebih
bisa memicu naiknya berat badan. Kortison mengganggu metabolisme tubuh dan
memperlambat pencernaan sehingga banyak lemak tertimbun dalam tubuh.
Terapi
musik merupakan sebuah cara mengatasi stres. Hampir setiap orang senang
mendengarkan musik. Apalagi ketika sedang mengalami stres, musik bisa
memberikan ketenangan dan perasaan lega. Karena secara psikis, musik juga bisa
membuat seseorang merasa rileks. Dalam keadaan rileks, metabolisme tubuh bisa
bekerja dengan lebih baik, sehingga sistem kekebalan tubuh pun menjadi lebih
baik.
Terapi
music saat stress yang baik hindarilah lagu-lagu sedih. Lakukan mendengarkan musik
riang untuk memperbaiki mood.
Berarti jika selama ini kita kurang suka musik, ada baiknya mulai mencoba belajar menikmati musik. Pilih musik yang sesuai dengan selera. Kemudian bisa mencoba memilih musik-musik lain.
Berarti jika selama ini kita kurang suka musik, ada baiknya mulai mencoba belajar menikmati musik. Pilih musik yang sesuai dengan selera. Kemudian bisa mencoba memilih musik-musik lain.
3.
Menyehatkan Jantung dan
Melancarkan Peredaran Darah
Terapi mendengarkan musik yang
menenangkan (seperti musik klasik, Celtic atau India) juga dapat membantu
mengurangi denyut jantung dan tekanan darah. Sebagai hasil dari tekanan darah,
juga mengurangi risiko stroke dan masalah kesehatan lainnya dari waktu ke
waktu. Musik membantu menyehatkan kerja jantung, memperlancar dan menormalkan
tekanan darah dengan musik relaksasi dan stimulasi gelombang otak khusus.
Terapi musik membantu mengobati hipertensi secara alami, mencegah terjadinya
serangan jantung dan stroke. Efek relaksasi dari terapi musik dan stimulasi
gelombang otak bisa memperlebar dan melenturkan pembuluh darah sehingga
berfungsi melancarkan peredaran darah di seluruh tubuh. Tekanan darah
ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya; jantung, denyut jantung, volume
darah, sistem saraf, sistem hormon, sistem metabolik, pikiran atau stress. Di
Amerika hampir 70% mereka yang menderita hipertensi tidak terkontrol tekanan
darahnya, pemberian obat-obatan, olah raga, diet rendah garam, olah raga secara
teratur, ternyata masih belum mampu mengontrol tekanan darah. Terapi musik yang
saat ini mulai dikembangkan kembali, ternyata hasil survey menunjukkan dapat
menurunkan tekanan darah. Baru-baru ini yaitu pada tanggal 13 Mei 2006, The
Swedish Royal College of Music membuat suatu ” seminar internasional”, Music
and Health di Stockholm, Swedia.
Musik yang merupakan rangkaian
bunyi-bunyian indah itu ternyata memiliki efek luar biasa untuk kesehatan
tubuh. Bahkan musik dapat menjadi terapi mujarab bagi penderita jantung dan
hipertensi atau tekanan darah tinggi. Dr. Raymon Bahr, direktur Unit Penyakit
Jantung di Rumah Sakit St Agnes di Baltimore, menggunakan musik khusus untuk
membantu pasien mengatasi krisis. Ternyata, mendengarkan musik khusus tersebut
selama 30 menit bisa menenangkan, setara dengan mengonsumsi 10 miligram valium
(obat penenang). Berdasarkan hasil penelitian yang didiskusikan para pakar
kesehatan di New Orleans juga mengungkap, terapi musik selama 30 menit sehari
mampu menggantikan terapi obat-obatan hipertensi.
Rangsangan musik ternyata mampu
mengaktivasi sistem limbik yang berhubungan emosi. Saat sistem limbik
teraktivasi, otak menjadi rileks. Alunan musik juga dapat menstimulasi tubuh
untuk memproduksi molekul nitric oxide (NO). Molekul ini bekerja pada
tonus pembuluh darah yang dapat mengurangi tekanan darah.
Belakangan ini pembelajaran dari
neuroimaging menemukan korelasi saraf dari proses dan persepsi akan
musik. Rangsangan musik tampak mengaktivasi jalur-jalur spesifik di dalam
beberapa area otak, seperti sistem Limbik yang berhubungan dengan
perilaku emosional. Dengan mendengarkan musik , sistem Limbik ini teraktivasi
dan individu tersebut pun menjadi rileks. Saat keadaan rileks inilah
tekanan darah menurun. Selain itu pula alunan musik dapat menstimulasi
tubuh untuk memproduksi molekul yang disebut nitric oxide
(NO). Molekul ini bekerja pada tonus pembuluh darah sehingga dapat
mengurangi tekanan darah.
Berbagai penelitian yang
dilakukan di India maupun Italia menunjukkan efektivitas terapi musik
untuk mengurangi nyeri, kecemasan maupun hipertensi. Pada penelitian di Italia
menunjukkan kelompok penderita hipertensi yang sedang minum obat antihipertensi
bila diikuti dengan mendengarkan musik klasik 30 menit per hari menunjukkan
penurunan tekanan darah yang bermakna dibandingkan dengan kelompok pasien yang
hanya mengandalkan obat antihipertensi.
Selain itu pula Penelitian lain pada pasien yang akan menjalani tindakan endoskopi atau peneropongan organ pencernaan, terbukti dengan terapi musik dapat mengurangi kecemasan dan terapi musik dapat membuat pasien lebih rileks dengan hasil akhir memberikan efek positif terhadap detak jantung maupun laju nafas.
Jelaslah pada penderita hipertensi tidak hanya cukup
mengandalkan obat dokter maupun diet saja, tidak ada salahnya pula memberi
kesempatan tubuh anda untuk rileks dengan mendengarkan lagu-lagu klasik
maupun lagu-lagu favorit anda. Biarkan musik mengalun dan memberikan efek emosi
positif pada otak anda. Namun, musik untuk penyembuhan, tidak asal sembarang
musik. Hanya musik yang tepat yang bisa menyembuhkan.
4.
Merangsang sel otak
Penelitian telah menunjukkan bahwa musik
beat cepat dapat merangsang gelombang otak untuk beresonansi sinkron, sehingga
membuat orang berkonsentrasi lebih tajam dan berpikir lebih waspada. Di sisi
lain, mendengarkan musik klasik dapat menenangkan dan meningkatkan kemampuan
untuk berkonsentrasi lebih lama. Musik menurut berbagai penelitian dapat
merangsang kecerdasan anak. Musik dapat merangsang pikiran, memperbaiki
konsenstrasi dan ingatan, meningkatkan aspek kognitif, membangun kecerdasan
emosional. Malahan Musik diyakini bisa menyeimbangkan fungsi otak kanan dan
otak kiri. Sehingga anak yang mendapat pelajaran musik, akan tubuh menjadi
orang yang berpikiran logis, cerdas, kreatif, dan punya empati yang tinggi
seperti dikutip dari Ibu dan Anak. Benarkah? Tapi, musik jenis apa saja yang
mampu membuat anak cerdas? Musik dianggap para ahli unsur yang penting untuk
menumbuhkan kecerdasan anak. Ini, karena gelombang alfa yang dihantarkan lewat
musik konon dapat menstimulasi dan meningkatkan kecerdasan. Menurut penelitian,
di semua bangsa maju di dunia seperti Jerman, Amerika, Jepang, Inggris,
Australia dan negara Eropa pada umumnya menerapkan pelajaran musik pada sekolah
mereka dalam waktu yang lama, yakni 75 menit setiap minggu khusus anak kelas
1-4 SD, yang dimaksudkan untuk membantu kecerdasaan anak didiknya. Para bangsa
yang maju tersebut bahkan bangga menamai dirinya sebagai bangsa yang musikal.
Karena mereka dapat memainkan instrumen musik, menyanyi dengan baik, dan bisa
mengapresiasikan musik. Penelitian yang pernah dilakukan di Inggris pada anak
usia TK yang kemampuan membacanya di bawah rata-rata, sesudah jam belajarnya
ditambah dengan pelajaran musik, mereka dapat mengejar teman mereka yang di
kelompok rata-rata. Pada anak-anak tersebut, mereka diajak bernyanyi diiringi
musik dalam sebuah kelompok melalui latihan ketepatan nada dan irama disertai
dengan latihan kepekaan emosi. Program yang terstruktur dan dapat dinikmati
anak-anak ini meningkatkan kemampuan otak, yang dibuktikan dengan peningkatan
kemampuan baca mereka.
Musik Klasik Masih Terbaik Sebenarnya,
jenis musik seperti apa sih, yang paling baik dan tepat dipergunakan untuk
mencerdaskan seorang anak? Weny Savitry S. Pandia, Psi Msi, psikolog Unika
Atmajaya Jakarta ini, menyebut bahwa dari hasil penelitian sampai saat ini,
musik klasik lah yang bila diperdengarkan pada janin, bayi dan anak, yang
paling baik menstimulasi perkembangan otaknya.
Mengutip
pernyataan Alfred Tomatis, psikolog Amerika yang telah meneliti berbagai jenis
suara dan nada musik, penerimaan terbaik yang bisa cepat direspon oleh bayi
dalam kandungan ibunya adalah suara ibunya sendiri, dan suara musik klasik
karya Mozart. Penelitian tersebut ditunjang juga dengan alat-alat kedokteran
yang cukup canggih (MRI dan PET Scan) sehingga akurasinya dapat dipertanggung
jawabkan. Bayi yang baru lahir memiliki ribuan sel otak. Cuma, sel-sel itu jika
tak dipergunakan akan mati (diganti yang baru) dengan sendirinya. Tapi, bila
sering distimulasi salah satunya dengan mendengarkan musik klasik, sel-sel
tersebut tidak cepat mati, bahkan bisa sangat efektif untuk memicu perkembangan
kecerdasan otak si anak. "Bayi yang masih dalam kandungan bila distimulasi
dengan musik klasik, dengan komposisi karya Mozart berjudul Eine Kleine
Nachmusik, sangat bagus memicu perkembangan sel-sel otak. Ini karena Eine
Kleine memiliki irama, harmoni dan ritme, yang terstruktur dengan luar
biasa," papar Weny. Namun Weny menegaskan, tidak menutup kemungkinan jenis
musik lain juga bisa dipergunakan sebagai salah satu stimulan. "Di Jepang
dan India, sekarang ini sudah mulai mencoba menerapkan musik-musik khas di sana
sebagai alternatif lain untuk diperdengarkan pada bayi maupun anak, yang
tujuannya untuk menstimulasi perkembangan otak anak," ungkapnya.
5.
Membuat tidur nyenyak dengan Mozart sebagai Penenang Balita
Mendengarkan
musik yang lembut saat akan tidur dapat membantu orang untuk tidur lebih
nyenyak. Tidur menempatkan tubuh dalam kondisi baik karena menghilangkan efek
stres, depresi dan kecemasan seseorang. Alunan musik yang santai juga dapat
meringankan insomnia. Disarankan untuk mendengarkan lagu-lagu aliran slow atau
alunan music yang tenang saat sulit
tidur. Rasakan efek relaksasinya sambil memejamkan mata. Apakah anda merupakan salah satu orang tua
yang sering mengalami pusing karena balita anda rewel, apalagi jika menjelang
tidur malam?. Melalui tulisan ini, penulis ingin berbagi pengalaman tentang
manfaat musik Mozart pada perkembangan balita, dan mampu menjadi salah satu
penenang ketika rewel atau pada saat menjelang tidur malam. Pengalaman mengenal musik Mozart pada saat
keadaan hamil 2 bulan. Alunan musik yang terdapat pada musik Mozart, termasuk
musik abstrak yang bisa berfungsi untuk merangsang sel-sel otak. Penulis
memulai mendengarkan juga memperdengarkan musik Mozart pada saat mulai hamil 2
bulan hingga saat melahirkan. Meskipun tidak setiap hari, namun, dalam seminggu
3 hingga 4x, biasanya melakukannya ketika malam hari menjelang dan kadang
selama tidur malam. Ada kalanya penulis hanya menempelkan headphone pada perut,
tapi lebih sering mendengarkan bersama dengan cara membesarkan volume dari
sound system yang ada. Berusaha
mendengarkan sambil menghayati apa sebenarnya yang ada di balik alunan musik
tersebut, sambil menghayalkan akan jadi seperti apa anak yang penulis kandung,
segala doa baik dan harapan baik menguat mengiringi lembutnya alunan musik
Mozart.
Benar saja, ketika janin mulai aktif bergerak dan terasa gelisah (sekitar usia 6 bulan lebih dan mengalami peningkatan hingga menjelang lahir), begitu mendengarkan alunan musik Mozart, disertai dengan usapan tangan yang perlahan, sambil sesekali mengatakan, “ada apa dek, yang tenang ya”, biasanya janin menjadi bergerak lebih halus, dan berlahan tenang.
Pada saat bayi lahir, seperti umumnya bayi yang mengalami jam tidur terbolak-balik (siang tidur nyenyak sedangkan malam hari terjaga semalaman). Ketika sudah waktunya tidur malam, setelah kenyang minum ASI, bayi diletakkan di atas tempat tidur, dengan menggunakan lampu tidur, kemudian alunan musik Mozart diperdengarkan, pelan saja. Benar saja, meskipun tidak langsung tertidur dan memejamkan mata, namun bayi lebih tenang tanpa menangis semalaman, sambil perlahan matanya mengantuk dan tertidur. Masuk usia balita (setelah usia 1 tahun lebih, mencapai puncaknya ketika usia 2 tahun hingga 2,5 tahun), mulai rewel ketika diajak tidur malam. Ada saja alasan yang diungkapkan, salah satunya yaitu masih betah main. Pada saat itu, musik Mozart masih diperdengarkan, terutama sebagai pengingat waktunya tidur malam. Pada saat usia tersebut, anakku sudah bisa memilih musik Mozart bagian mana yang ingin didengarnya, biasanya dengan mengatakan, “Bunda, aku pingin musik Mozart yang nananana……. (sambil bersenandung sesuai irama tertentu)”. Pada saat itu, jika penulis bisa mengingat musik yang mana, maka akan langsung dipilih, tapi, seringnya harus memencet tombol satu persatu, karena memang sebagai orang dewasa sudah mengalami kesulitan untuk mengingat, terutama nada atau irama saja. Hal terpenting adalah, juga tetap memperdengarkan musik Mozart ketika anak sedang sakit, bukan sebagai penyembuh, tapi paling tidak lebih menenangkan diri, baik si anak maupun orang tua yang menjaganya. Setelah bisa diajak bermain, sesekali, sambil bermain, sebagai selingan menyetel televisi, sesekali dalam seminggu, sambil menyertai bermain, musik Mozart juga diperdengarkan. Entah hanya anggapan dan pandangan sebagai orang tua atau memang begitu adanya, tapi, menurut penulis, melihat kecerdasan anak, daya tangkap, daya kreatifitas, dan melalui pilihan kosakata ketika diajak berbicara, jika dibanding dengan anak tetangga, sepertinya memang lebih dari pada yang lain.
Benar saja, ketika janin mulai aktif bergerak dan terasa gelisah (sekitar usia 6 bulan lebih dan mengalami peningkatan hingga menjelang lahir), begitu mendengarkan alunan musik Mozart, disertai dengan usapan tangan yang perlahan, sambil sesekali mengatakan, “ada apa dek, yang tenang ya”, biasanya janin menjadi bergerak lebih halus, dan berlahan tenang.
Pada saat bayi lahir, seperti umumnya bayi yang mengalami jam tidur terbolak-balik (siang tidur nyenyak sedangkan malam hari terjaga semalaman). Ketika sudah waktunya tidur malam, setelah kenyang minum ASI, bayi diletakkan di atas tempat tidur, dengan menggunakan lampu tidur, kemudian alunan musik Mozart diperdengarkan, pelan saja. Benar saja, meskipun tidak langsung tertidur dan memejamkan mata, namun bayi lebih tenang tanpa menangis semalaman, sambil perlahan matanya mengantuk dan tertidur. Masuk usia balita (setelah usia 1 tahun lebih, mencapai puncaknya ketika usia 2 tahun hingga 2,5 tahun), mulai rewel ketika diajak tidur malam. Ada saja alasan yang diungkapkan, salah satunya yaitu masih betah main. Pada saat itu, musik Mozart masih diperdengarkan, terutama sebagai pengingat waktunya tidur malam. Pada saat usia tersebut, anakku sudah bisa memilih musik Mozart bagian mana yang ingin didengarnya, biasanya dengan mengatakan, “Bunda, aku pingin musik Mozart yang nananana……. (sambil bersenandung sesuai irama tertentu)”. Pada saat itu, jika penulis bisa mengingat musik yang mana, maka akan langsung dipilih, tapi, seringnya harus memencet tombol satu persatu, karena memang sebagai orang dewasa sudah mengalami kesulitan untuk mengingat, terutama nada atau irama saja. Hal terpenting adalah, juga tetap memperdengarkan musik Mozart ketika anak sedang sakit, bukan sebagai penyembuh, tapi paling tidak lebih menenangkan diri, baik si anak maupun orang tua yang menjaganya. Setelah bisa diajak bermain, sesekali, sambil bermain, sebagai selingan menyetel televisi, sesekali dalam seminggu, sambil menyertai bermain, musik Mozart juga diperdengarkan. Entah hanya anggapan dan pandangan sebagai orang tua atau memang begitu adanya, tapi, menurut penulis, melihat kecerdasan anak, daya tangkap, daya kreatifitas, dan melalui pilihan kosakata ketika diajak berbicara, jika dibanding dengan anak tetangga, sepertinya memang lebih dari pada yang lain.
6.
Membantu penyembuhan kanker
Penelitian menunjukkan musik bermanfaat
bagi orang yang mempunyai kanker. Terapi musik dapat membantu menenangkan
suasana hati pada penderita kanker. Musik terapis, Debra Burns, dari Indiana
University-Purdue University Indianapolis mengatakan bahwa musik dapat membantu
pasien rileks selama perawatan dan berpikir lebih tenang. “Kita dapat
menggunakan intervensi musik yang berbeda untuk gejala yang berbeda. Sehingga
kita dapat melihat jangka panjangnya, seperti meningkatkan komunikasi dengan
anggota keluarga,” kata Burns, sebagaimana dilansir dari reuters.
Untuk analisis, kreatif seni
terapis Joke Bradt dari Drexel University di Philadelphia dan rekan-rekannya
telah melakukan 20 penelitian terhadap hampir 2000 pasien kanker yang
menggunakan terapi musik. Hasilnya. dibandingkan dengan pasien yang hanya menerima
pengobatan kanker standar, maka pasien dengan terapi musik kecemasannya lebih
rendah dan suasana hati lebih baik. Selain itu, detak jantung mereka lebih
rendah sekitar empat denyut per menit, rata-rata.
Meskipun
tidak ada cukup data untuk menentukan apakah pergi ke terapis musik dapat
membantu pasien, tapi menurut Bradt, dengan terapi musik si pasien biasanya
terlibat secara emosi dengan menyanyi atau memainkan instrumen.“Pasien dapat
menjadi peserta aktif. Ini dapat benar-benar membantu pasien merasa lebih
memegang kendali atas situasi.” tambah Bradt.