Jumat, 18 Maret 2011

ALASAN NURDIN HALID HARUS TURUN






DELAPAN tahun terakhir, organisasi sepak bola nasional (baca: PSSI) menjadi sorotan. Sejumlah masalah mengadang dengan berbagai sudut pandang. Selama kepemimpinan Nurdin Halid, PSSI yang didirikan pada
19 April 1930 itu lebih banyak memunculkan sisi kontroversi dibandingkan prestasi. Karut marutnya sepak bola nasional belakangan bukan karena minimnya potensi dan sumber daya yang dimiliki. Tapi, lebih kepada inkompetensi di pucuk pimpinan. Sumber masalah utama ada di Nurdin Halid. Satu kepala itu hanya mampu menghadirkan sejuta masalah.

Untuk mengenal sosok Nurdin Halid cukup mudah. Karakter dan kepribadiannya dapat dilihat
dalam biografinya setebal 234 halaman yang ditulis rekan Yosef Tor Tulis dengan judul Pendekar Bola dari Bugis”. Kesimpulannnya, Puang Nurdin, begitu ia biasa disapa, memang pecinta sepak bola sejati, pebisnis kaya improvisasi, dan piawai berorganisasi. Tapi, ia sosok ambisius yang menghalalkan segala cara untuk mempertahankan posisi dan kepentingannya.

Darah sepak bola sudah mengalir dalam diri Nurdin lewat Andi Abdul Halid, sang ayah. Sejak usia delapan tahun, Nurdin sudah menimang-nimang si kulit bundar. Mulai bola yang terbuat dari kain bekas yang diikat dengan daun pisang, sampai dengan kulit jeruk. Ia pernah jadi striker sampai kiper. Kakinya pernah mendapatkan jahitan sepanjang tiga sentimeter karena tulang betis kaki kirinya diterjang lawan. Kepalanya pernah bocor akibat lemparan botol saat memanajari PSM melawan Persipura di semifinal LI 1995/1996.

Puang, begitu Nurdin biasa disapa, pernah berlabel sebagai manajer Rp 1 miliar. Sempat jadi manajer timnas, Ketua Pengda PSSI Sulawesi Selatan, Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PSSI, sampai akhirnya menduduki kursi nomor satu di PSSI. Wajar, Pria kelahiran Watampone, 17 September 1958, ini paham betul “kebobrokan” sepak bola nasional. Tak aneh, bila kemudian ia berani “mengelabui” Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA).

Dipihak lain, jiwa bisnis sudah terekam dalam kegiatannya semasa jadi mahasiswa. Puang kuliah di jurusan bisnis perusahan IKIP Makassar. Ia tak malu berjualan ‘diktat’ dan kaos sablon. Ia pernah menjabat sebagai pengurus Penggilingan Padi (Perbadi) sampai Ketua Umum Induk Koperasi Unit Desa (Inkud). Bisa jadi, naluri bisnis yang dimiliki “menggiringnya” untuk melakukan impor ilegal minyak goreng, gula, dan beras, yang akhirnya menggiringnya hidup dalam pengasingan di balik jeruji besi.

Nurdin pun masuk kategori anak cerdas dan pandai berorganisasi. Sejak Sekolah Dasar, ia selalu jadi bintang kelas. Ia piawai berdeklamasi, menari, dan berdiplomasi. Pernah aktif di OSIS, kegiatan Pramuka, sampai senat Mahasiswa. Kecerdasan dan kepandaian berdiplomasi mengantarkanya masuk jajaran pengurus KNPI, AMPI, dan pengurus Golkar. Dari sinilah Nurdin tampil sebagai anggota DPR RI dan akhirnya mencetak sejarah sebagai anggota dewan yang dilantik, dan sehari kemudian masuk penjara.

Dalam biografinya, tersirat jelas Nurdin begitu terobsesi mencatatkan sejarah dalam setiap langkahnya. Setidaknya, itu sudah dilakukannya di sepak bola. Saat terpilih sebagai Ketua Umum PSSI pada 21 Oktober 2003 menggantikan Agum Gumelar sejumlah catatan penting ditorehkannya.

Bahkan, ia pantas masuk Museum Rekor Indonesia (MURI) pimpinan Jaya Suprana. Nurdin satu-satunya Ketua Umum PSSI atau induk olahraga di Indonesia yang mengumumkan kabinetnya lewat siaran langsung layaknya Presiden Indonesia mengumumkan para menterinya. Ia satu-satunya Ketua Umum PSSI yang mampu meyakinkan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) untuk menunjuk Indonesia sebagai tuan rumah Piala Asia untuk kali pertama. Ia juga satu-satunya Ketua Umum PSSI yang mampu menggelar Munas di luar Jawa sejak berdiri pada 1930 yang dibuka oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla dan disiarkan langsung melalui televisi ke seantero Nusantara. Ia juga satu-satunya Ketua Federasi Sepak Bola di dunia yang menempatkan 124 personel dalam kepengurusan 2007-2011. Terbesar di dunia. Melebihi kabinet AFC, bahkan FIFA.

sumber:
http://archive.kaskus.us/thread/5569595